Kamis, 27 November 2008

REPRESENTASI KEBUDAYAAN DARI CELENGAN

Kita sering menggunakan kata celengan dalam kehidupan sehari-hari. Namun taukah anda apa arti celengan. Sebagian besar orang menjawab celengan artinya tempat menabung uang receh yang rata-rata terbuat dari tembikar atau gerabah atau sering dikenal dengan nama tanah liat. Bentuk celengan pada masa kini bisa beraneka macam, di setiap tempat bisa memiliki khas bentuk celengan sendiri-sendiri. Sebenarnya, tiap bentuk khas dari celengan memiliki nilai dan makna sendiri yang sudah dilupakan oleh masyarakat sekarang bahkan oleh pembuatnya sendiri.

Saya mulai tergerak untuk mempelajari makna dari celengan ketika menerima tawaran menjadi perencana Pameran Celengan Koleksi Museum Anak Kolong Tangga. Sebenarrnya hanya membutuhkan ilmu museologi untuk planning sebuah pameran koleksi museum. Namun rasa ingin tahu muncul ketika saya mendapati bentuk celengan yang tak lazim dan tidak umum. Muncul argumen bahwa celengan memiliki tujuan makna lain selain sebagai tempat menabung. Dan disinilah, sebagai arkeolog saya terdorong mengungkap makna artefak celengan dalam kaitanya dengan kehidupan manusia. Makna disamping budaya menabung yang sudah dilupakan sebagian besar masyarakat.

Mengapa disebut celengan? Mengapa disebut piggybank?

Yang pertama menggelitik adalah penamaan celengan itu sendiri. Dalam bahasa inggris disebut sebagai Piggybank dari kata pig dan bank, dalam bahasa kita celengan memiliki arti yang sama, yaitu berasal dari kata celeng yang berarti babi liar. Celengan tua rata-rata berbentuk babi, sehingga lebih mudah menyebutnya sebagai tempat menyimpan uang berbentuk babi. Namun dalam perkembangannya, meskipun dengan beraneka macam bentuk(yang dimaksud disini selain bentuk babi), tetap saja dinamakan celengan.



Hal tersebut di atas sudah ramai diketahui masyarakat, namun apa hubungan antara budaya menabung dengan babi hingga memunculkan bentuk babi sebagai bentuk awal celengan? Tidak banyak orang tahu kalau babi memiliki filosofi tersendiri disamping statusnya sebagai makhluk yang diharamkan.

Babi liar adalah makhluk yang suka berkubang di lumpur, suka menggali-gali tanah dan selalu mengendus-endus tanah. Hal ini mengidentikan babi dengan tanah. Tentu saja bagi manusia, tanah merupakan salah satu kebutuhan vital sebagai sumber pertanian. Dalam kepercayaan animisme dimana setiap benda memiliki roh, tanah menjadi salah satu roh yang sangat diagungkan. Beberapa jenis persembahan ditujukan kepada roh tanah. Diantara persembahan itulah muncul wujud babi liar (wild boar) dan babi putih (pig) sebagai contoh hewan rendah diri yang selalu menghadap ke tanah.

Tanah merupakan lambang kesejahteraan. Pembuatan wujud babi liar dari tanah liat ditujukan untuk menyimpan koin persembahan untuk roh tanah. Kepercayaan ini masih ditemukan di pertengahan abad 20 di beberapa tempat. Mereka menyimpan koin dalam celengan untuk persembahan terhadap roh tanah atau dewa tanah, kemudian memecahnya ketika panen gagal. Mereka beranggaan bahwa roh tanah akan menyelamatkan gagal panen yang dialami melalui persembahan yang telah mereka persembahkan sebelumnya. Jika dipikir melalui akal sehat, maka sebenarnya yang menyelamatkan perekonomian mereka dari gagal panen bukanlah roh tanah, melainkan kebudayaan persembahan mereka yang merupakan bentuk dari menabung.

Identitas babi sebagai hewan yang selalu berada di tanah memunculkan penamaan terhadap celengan. Dengan demikian, sebenarnya nama celengan bukan berasal dari bentuk babi liar pada celengan kuno yang telah ditemukan, melainkan dari hubungan antara kesejahteraan dengan babi dan tanah. Anggapan masyarakat tentang kedekatan hewan babi dengan roh tanah yang mendatangkan kesejahteraanlah yang kemudian memunculkan penamaan celengan itu sendiri, sehingga nama celengan tidak berubah meskipun bentuknya bukan lagi babi liar.

Beraneka macam bentuk celengan bukan ‘sekedar bentuk’

Waktu kecil, saya masih ingat sering menabung di celengan ayam. Anak-anak lain juga mengenal celengan berbentuk kendi. Kedua bentuk ini paling banyak dikenal di sekitar lingkungan saya. Dan ternyata kedua bentuk tersebut tidak dibuat secara kebetulan. Ada makna dibalik bentuk celengan yang sampai sekarang masih digunakan, dan sebagian besar orang yang menggunakan celengan tidak mengetahuinya.

Celengan ayam memang dibuat untuk anak-anak. Ayam yang diwujudkan dalam bentuk celengan adalah ayam jago, bukan ayam betina. Ayam jago menjadi lambang pagi karena kokoknya di setiap pergantian hari. Ayam jago identik dengan munculnya matahari yang akan menyinari bumi. Dengan demikian, celengan ayam yang dibuat untuk anak-anak merupakan harapan anak-anak kelak akan menjadi ‘matahari yang menyinari bumi’.

Celengan berbentuk kendi memiliki makna yang hampir sama dengan makana celengan itu sendiri. Kendi merupakan tempat air, dimana air juga merupakan kebutuhan manusia yang tidak kalah vital dengan tanah. Dengan anggapan air juga memberikan kemakmuran, maka munculah celengan berbentuk kendi yang mewakili tempat air. Harapannya kesejahteraan dan kemakmuran tersimpan untuk masa depan.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk celengan sebenarnya tidak 'asal bikin', melainkan dengan tujuan tertentu sesuai dengan kepercayaan yang berkembang di dalam masyarakat. Tak kaget lagi jika celengan bentuk lain yang ditemukan di daerah lain juga memiliki makna tersendiri. Dengan demikian, kita dapat merepresentasikan kebudayaan suatu masa melalui celengan yang ditemukan dari penggalian arkeologis.

Senin, 10 November 2008

Fenomena penjualan peralatan elektronik ,menanggapi dolar vs rupiah

Beberapa saat yang lalu, selama sekian pekan, rupiah terus menguat melawan dolar. Nilai rupiah meninggi mengakibatkan harga dolar turun setiap harinya. Para penjual barang elektronik yang ingin memanfaatkan perkembangan nilai dolar terhadap rupiah, memberlakukan suatu sistem yang kemudian di kenal dengan inden. Sistem ini sebenarnya merupakan sistem pembokingan pesanan terhadap suatu barang, sehingga saat barang tersebut ready orang pertama yang telah memesan dan membayarlah yang mendapatkannya.
Hampir semua barang elektronik baru dijual dengan harga dolar. Sistem inden mengharuskan kita membayar seharga nilai tukar dolar saat itu dan mendapatkan barang secepatnya sesuai urutan pesanan. Hal inilah yang dimanfaatkan para penjual dengan menahan pembelian barang yang sebenarnya bisa secepatnya ready. Nilai uang yang telah dibayarkan ditahan beberapa hari menunggu dolar turun cukup jauh, baru kemudian mengisi stok barang dari uang yang telah dibayarkan pembeli. Dengan demikian, penjual meraih untung dari sisa nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Saat ini, disaat nilai dolar tiba-tiba naik seiring dengan krisis ekonomi global, sistem inden tak lagi dipakai. Anehnya, pemesanan barang yang tidak ready tidak lagi menggunakan sistem inden, pembeli diminta untuk kembali lagi beberapa hari setelah pemesanan barang sementara penjual menyediakan barang yang dipesan. Kini penjual tidak lagi menahan uang dari pembeli, namun justru menahan barang yang akan dibeli. Dengan demikian, penjual mendapat untung dari nilai tukar dolar terhadap rupiah yang naik seiring berganti waktu.

nara sumber:
-kun (distributor laptop)
-ASC (toko komputer)