Senin, 26 April 2010

From paris with love (movie)

ketika pertama kali membaca judulnya saat trailer, kupikir sangat familiar sekali ya, jadi pertanyaan dimana aku pernah membaca judul film yang belum beredar di bioskop itu? Ah masa bodoh, paling film drama percintaan yang gak gitu menarik, pikirku. Tapi saat liat aktornya --john travolta-- well penasaran juga, sudah sekitar 10 tahun sejak film john travolta yang terakhir ku tonton. Akhirnya, jadi juga berburu film itu. Emang sih saat itu film ini belum beredar di bioskop Indonesia, tapi link luar udah bobol duluan tuh. Dan akhirnya baru beberapa saat lalu aku tonton. Ternyata film aksi :D dengan sedikit drama percintaan tapi itulah inti ceritanya.

Setelah selesai menonton, aku tersentuh juga dengan alur ceritanya. So, siapa yang menyangka satu-satunya orang yang paling dekat denganmu dan paling kamu percayai adalah orang yang akan membunuhmu. Film aksi tembak-tembakan membabibuta dan bela diri banting kanan banting kiri ini berawal dengan kisah romantis dan berakhir tragis mengakhiri kisah awalnya.

Ternyata aku salah duga, film ini layak ditonton...

Minggu, 04 April 2010

lapar

Tiba2 tiba teringat suatu hari di semarang, saat aku pesan makan nasi rames, dengan lemah lembut aku berkata pada si penjual "buk nasinya sedikit aja" si penjual tetep ngasih nasi banyak ke piring, jadi aku mengulangi perkataanku "buk sedikit aja nasinya" tiba2 dengan muka galak si penjual pun memarahiku "sedikit sedikit kamu itu mau makan sedikit apa banyak bayarnya sama aja, gak usah minta dimurahin harganya!" agak jengkel juga, dalam hati aku cuma bisa bergumam "masalahe bukan bayarnya tapi mubazir kalo tidak habis" saat itu aku emang sedang sakit sesuatu yang membuat nafsu makanku bener2 turun. Aku emang paling benci lihat orang yang menyisakan makanannya, dan saat itu aku harus membenci diriku sendiri yang bahkan tidak bisa menghabiskan seperempat dari nasi yang diambilkan penjual rames itu. Ternyata berbeda ya budaya jogja, dengan semarang, masak gak boleh sih pesan nasi sedikit. Aku gak keberatan kalaupun emang harus membayar sama...
Di jogja, hampir di ramesan manapun, tetep aja boleh pesan nasi separuh dari porsi normal. Di jogja juga ada nasi angkring, atau nasi kucing yang notabene diperuntukkan untuk orang-orang yang cuma pengen makan sedikit nasi.

Jumat, 02 April 2010

Aku tidak mencintai produk dalam negeri

...

ada ratusan merk tas dalam negeri, tapi yang ku pakai north face

ada ratusan merk jaket buatan indonesia, tapi yang ku pakai rei

ada ribuan merk kaos lokal Indonesia, tapi lebih banyak yang suka billabong

ada ribuan jenis batik dan kemeja lokal, tapi banyakan yang memakai jas dan gaun

ada puluhan merk sepatu olahraga produk Indonesia yang terdaftar internasional, tapi olahragawan di Indonesia lebih sering ditemui memakai nike dan adidas

ada puluhan merk jam tangan terkenal dari Indonesia, tapi tak sebanding dengan casio

ada forsa merk laptop Indonesia yang diakui dunia, tapi kalah populer dari acer, toshiba, dell

sekian contoh dari barang yang kita pakai bukan produk dalam negeri... Banggakah kita mengatakan bahwa kita tidak mencintai produk dalam negeri?

Alkisah berapa puluh tahun yang lalu, saat Indonesia baru saja merdeka, terjadi inflasi besar2an di Indonesia akibat dari penerbitan uang yang berlebihan oleh Bank Indonesia dengan slogan "kalau butuh uang, cetak saja" serta bebasnya jalur perdagangan luar negeri masuk Indonesia, sehingga 90% pasar Indonesia dikuasai orang luar. Saat itu, presiden Soekarno mengambil dua tindakan berani yang mengandung banyak kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia. Yang pertama adalah memotong semua deposito dalam bank menjadi 1% (jika kita punya uang di bank 1jt, maka uang kita tinggal 10rb) dan menaikan nilai nominal terendah mata uang rupiah dari 1 sen (0,01 rupiah) menjadi 10 rupiah. Dan yang kedua adalah langkah yang cukup berani, ketika pidato kenegaraan yang dihadiri negara-negara tetangga, beberapa utusan negara adidaya, serta petinggi-petinggi Indonesia, presiden Soekarno menaiki mimbar menggunakan baju dan sarung yang dijahit dari karung goni (karung yang digunakan untuk mengangkut gabah atau beras). Peserta yang hadir sebagian mengejeknya, namun dengan lantang dia mengatakan bahwa salah satu penyebab inflasi besar2an di negara ini adalah karena kita terlalu bergantung pada produk asing, sehingga perekonomian Indonesia tidak bisa maju. Adanya kemajuan perekonomian di Indonesia karena kita mendukung produk dalam negeri. Yang dikenakan oleh presiden Soekarno adalah bibit dari produk dalam negeri yang masih bayi. Baju dari karung goni memang buruk, tapi jika kita tidak mendukungnya, Indonesia tidak akan pernah bisa membuat baju yang lebih baik daripada baju dari karung goni. Seketika itu, para pejabat Indonesia yang menghadiri pidato tersebut pulang dan meminta istri atau anak mereka membuatkan baju dari karung goni. Dalam beberapa bulan, hampir semua pengusaha asing keluar dari Indonesia karena 99% deposito yang ditanamkan di Indonesia hangus serta kebijakan baru utamakan produk dalam negeri seburuk apapun itu.

Di akhir abad 20, pada tahun 1996 terulang hal yang sama, beberapa BUMN yang sebelumnya sebatas menerima investasi dari luar, bahkan dijual untuk dikelola pihak asing karena iklim investasi yang anjlok, serta Bank Indonesia lagi-lagi menerbitkan uang terlalu banyak karena kebijakan BI mengucurkan dana kredit likuiditas tanpa batas. Tahun 1997 inflasi tak terbendung menghancurkan bangsa Indonesia. Tahun 1998 pergantian pemerintahan orde baru menjadi reformasi menutup laju inflasi dengan menghentikan kredit BI dan mencoba membeli kembali BUMN yang terjual ke pihak asing. Perekonomian Indonesia membaik, meskipun keduanya tidak dapat terealisasikan. Sejak saat itu tak ada lagi pembatas antara produk dalam negeri dan produk asing karena beberapa produk dalam negeri dikuasai oleh pihak asing.

Tahun 2007 dicanangkan proyek 'pembangunan 3 tahun menghadapi Indonesia go internasional'. Saat itu, digemborkan bahwa tahun 2010 Indonesia bakal memasuki pasar dunia dan membiarkan pihak asing memasuki pasar Indonesia. Sekarang, tahun 2010 apa yang kita rasakan? Mall berdiri dimana-mana, produk merk terkenal luar negeri makin gampang ditemui, barang luar negeri tak lagi terlalu mahal untuk dibeli, mode terbaru masuk Indonesia dalam hitungan detik tak perlu lagi menunggu lama, dan produk latah makin marak membuka cabang di Indonesia. Bagaimana pasar Indonesia berkembang? Pasar tradisional direlokasi ke tempat 'lebih baik' dengan harga sewa yang tak mampu dibayar pedagang pasar, home industri dihancurkan dengan alasan tak memiliki ijin usaha, kios-kios kecil diratakan atas dasar sengketa tanah, mall besar dibangun di tengah pusat perekonomian rakyat menghancurkan harga jual pedagang kecil, satu persatu produk lokat menutup usahanya karena tak mampu bersaing dengan kualitas produk luar.

Hampir tidak mungkin lagi melakukan apa yang telah dilakukan presiden Soekarno, karena saat ini produk luar negeri sudah menjadi bagian dari mode serta kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Lalu bagaimana memajukan produk dalam negeri supaya mampu bersaing terhadap produk luar negeri adalah sesuatu yang patut kita renungkan bersama...

Semua diawali dari diri sendiri, mari mulai mencintai dan menggunakan produk dalam negeri.

referensi:

beberapa artikel wikipedia tentang inflasi

nara sumber

Mashudi, adalah kakek ku (ayah dari ibu) seorang mantan pejuang PETA yang sering mendengar pidato pak Karno dimasa kecilnya

Genyo, adalah kakek ku yang lain (ayah dari ayah) yang selalu mengagungkan pak Karno dari cerita-cerita ayahnya

repost dari blogQ yang lain